Senin, 07 Agustus 2017

Refleksi Kegagalan

Sepertinya ini adalah momen yang tepat untuk kembali aktif menulis. Sudah hampir satu tahun ternyata saya vakum menulis disini. Tapi memang beberapa waktu belakangan ini saya lebih banyak menulis di buku. Alasannya sih karena sekalian untuk melatih kemampuan menulis tangan biar nggak lupa. haha. Adakalanya, memang harus ada momen-momen tertentu yang harus terjadi agar kita selalu ingat untuk melakukan rutinitas baik. Contohnya kebiasaan menulis ini. Beberapa waktu lalu, saya memang hampir selalu menulis apabila ada kejadian luar biasa tujuannya sih agar bisa merefleksi diri dan berpikir dengan jernih. Tapi entah sejak kapan, kebiasaan ini mulai mengendur dan hasilnya ketika ada masalah, saya jadi gampang emosi dan gelisah.


Jadi ceritanya dua hari yang lalu adalah pengumuman seleksi administratif beasiswa LPDP. Sedari pagi saya sudah harap-harap cemas menunggu pengumuman karena sudah hampir satu tahun ini saya sekuat tenaga untuk melengkapi berkas persyaratan. Tepat pada tanggal 4 Agustus 2017 selama seharian itu saya mencoba menunggu e-mail. Membuka website resmi LPDP juga tidak bisa. Mungkin karena saking banyaknya orang yang mengakses, makanya portal website jadi macet. Setelah menunggu..menunggu..dan menunggu.. akhirnya saya baru bisa membuka website LPDP ke esokan harinya. Pengumuman itu terpampang jelas dengan huruf berwarna merah bertuliskan “maaf anda tidak lolos seleksi administratif”. Pada detik pertama saya bengong tapi kemudian menyadari bahwa perjuangan yang saya lakukan selama hampir satu tahun ini berakhir sia-sia. Kelebat-kelebat bayangan akan kuliah tahun depan kemudian sirna.

Saya kemudian menghibur diri dengan berpikir kemungkinan-kemungkinan mengapa LPDP menolak aplikasi saya. Saya merasa seluruh dokumen yang dipersyaratkan sudah lengkap dan terupload dengan baik. Mungkin jadi karena belum punya LoA, atau jurusan yang saya pilih, atau penulisan esai yang kurang oke, dan sebagainya sebagainya. Daripada menduga-duga akhirnya saya menyudahi perkecamukan di otak saya dengan kesimpulan “memang bukan rejekinya, kamu kurang beruntung aja”. Tapi, meskipun saya bisa menerima kegagalan ini tapi tetap saja saya merasa penasaran. Sampai akhirnya salah seorang teman memberi saran untuk menanyakan kepada LPDP terkait alasan-alasan ditolaknya aplikasi saya melalui email. Selain bisa menyembuhakan rasa penasaran, hal ini juga bisa dijadikan koreksi diri untuk membuat strategi kedepannya. Namun sayang sekali, sampai saat ini email yang saya kirimkan belum dibalas oleh LPDP.

Kita ambil saja hikmah dari semua ini. Mungkin saya belum berdoa dan berusaha dengan sungguh-sungguh sehingga Allah belum memberikan apa yang saya impikan. Mungkin saya harus lebih perhatian dan berbuat baik kepada orang tua. Jangan sombong kepada mereka dan tentu saja untuk selalu meminta doa restu mereka. Mungkin niat saya untuk bersekolah lagi menggunakan beasiswa masih kurang bersih. Masih ada keegoisan dan kesombongan di niat tersebut jadinya Allah masih menjauhkan. Mungkin kurang sedekah baik harta maupun ilmu. Mungkin saya kurang berbuat baik denga orang lain terutama saudara dan teman-teman. Saya jadi teringat akan tausiyah Ust.Khalid Basalamah tentang bagaimana Allah mengabulkan doa hamba-Nya. Yang pertama, Allah akan langsung mengabulkan doa seseorang dengan seketika, yang kedua Allah akan menunda doa orang tersebut, dan yang ketiga Allah akan mengganti doa tersebut dengan yang lebih baik. Jadi, tidak ada doa yang tidak akan dikabulkan oleh Allah. Tugas kita sebagai manusia adalah tetap terus berdoa dan berprasangka baik terhadap Allah. Semoga setelah kegagalan ini, saya menjadi manusia dengan pribadi yang lebih baik. Lagipula, masih banyak beasiswa-beasiswa lain yang patut untuk dicoba.


Rumah, 6 Agustus 2017 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar