Sepertinya ini adalah momen yang tepat untuk kembali aktif menulis. Sudah hampir satu tahun ternyata saya vakum menulis disini. Tapi
memang beberapa waktu belakangan ini saya lebih banyak menulis di buku. Alasannya sih karena sekalian untuk melatih kemampuan
menulis tangan biar nggak lupa. haha. Adakalanya, memang harus ada momen-momen tertentu
yang harus terjadi agar kita selalu ingat untuk melakukan rutinitas baik. Contohnya
kebiasaan menulis ini. Beberapa waktu lalu, saya memang hampir selalu menulis
apabila ada kejadian luar biasa tujuannya sih agar bisa merefleksi diri dan
berpikir dengan jernih. Tapi entah sejak kapan, kebiasaan ini mulai mengendur
dan hasilnya ketika ada masalah, saya jadi gampang emosi dan gelisah.
Jadi ceritanya dua hari yang lalu adalah pengumuman seleksi
administratif beasiswa LPDP. Sedari pagi saya sudah harap-harap cemas menunggu
pengumuman karena sudah hampir satu tahun ini saya sekuat tenaga untuk
melengkapi berkas persyaratan. Tepat pada tanggal 4 Agustus 2017 selama seharian
itu saya mencoba menunggu e-mail. Membuka website resmi
LPDP juga tidak bisa. Mungkin karena saking banyaknya orang yang mengakses, makanya
portal website jadi macet. Setelah menunggu..menunggu..dan menunggu.. akhirnya
saya baru bisa membuka website LPDP ke esokan harinya. Pengumuman itu
terpampang jelas dengan huruf berwarna merah bertuliskan “maaf anda tidak lolos
seleksi administratif”. Pada detik pertama saya bengong tapi kemudian menyadari
bahwa perjuangan yang saya lakukan selama hampir satu tahun ini berakhir
sia-sia. Kelebat-kelebat bayangan akan kuliah tahun depan kemudian sirna.
Saya kemudian menghibur diri dengan berpikir kemungkinan-kemungkinan
mengapa LPDP menolak aplikasi saya. Saya merasa seluruh dokumen yang
dipersyaratkan sudah lengkap dan terupload dengan baik. Mungkin jadi karena
belum punya LoA, atau jurusan yang saya pilih, atau penulisan esai yang kurang
oke, dan sebagainya sebagainya. Daripada menduga-duga akhirnya saya menyudahi
perkecamukan di otak saya dengan kesimpulan “memang bukan rejekinya, kamu kurang
beruntung aja”. Tapi, meskipun saya bisa menerima kegagalan ini tapi tetap saja
saya merasa penasaran. Sampai akhirnya salah seorang teman memberi saran untuk
menanyakan kepada LPDP terkait alasan-alasan ditolaknya aplikasi saya melalui
email. Selain bisa menyembuhakan rasa penasaran, hal ini juga bisa dijadikan koreksi
diri untuk membuat strategi kedepannya. Namun sayang sekali, sampai saat ini
email yang saya kirimkan belum dibalas oleh LPDP.
Kita ambil saja hikmah dari semua ini. Mungkin saya belum berdoa dan
berusaha dengan sungguh-sungguh sehingga Allah belum memberikan apa yang saya
impikan. Mungkin saya harus lebih perhatian dan berbuat baik kepada orang tua.
Jangan sombong kepada mereka dan tentu saja untuk selalu meminta doa restu
mereka. Mungkin niat saya untuk bersekolah lagi menggunakan beasiswa masih kurang
bersih. Masih ada keegoisan dan kesombongan di niat tersebut jadinya Allah
masih menjauhkan. Mungkin kurang sedekah baik harta maupun ilmu. Mungkin saya
kurang berbuat baik denga orang lain terutama saudara dan teman-teman. Saya
jadi teringat akan tausiyah Ust.Khalid Basalamah tentang bagaimana Allah
mengabulkan doa hamba-Nya. Yang pertama, Allah akan langsung mengabulkan doa
seseorang dengan seketika, yang kedua Allah akan menunda doa orang tersebut,
dan yang ketiga Allah akan mengganti doa tersebut dengan yang lebih baik. Jadi,
tidak ada doa yang tidak akan dikabulkan oleh Allah. Tugas kita sebagai manusia
adalah tetap terus berdoa dan berprasangka baik terhadap Allah. Semoga setelah
kegagalan ini, saya menjadi manusia dengan pribadi yang lebih baik. Lagipula,
masih banyak beasiswa-beasiswa lain yang patut untuk dicoba.
Rumah, 6 Agustus 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar