Rabu, 22 November 2017

Hey, 24 !


Tepat di pagi hari tanggal 20 November, pesan singkat itu masuk ke ponsel saya. Tidak ada ucapan selamat, tapi sudah cukup menjadi pengingat bahwa di tanggal itu saya bertambah usia. Terimakasih telah membuat saya memikirkan makna pesan itu selama seharian...


****

Orang-orang bilang usia 24 adalah usia dewasa yang mulai matang. Tapi saya kok masih saja merasa seperti remaja 17 tahun. Haha. Banyak yang mengira kalau saya ini masih anak SMA atau mahasiswa baru. Senang sih dianggap lebih muda dari umur sebenarnya, tapi sedih juga karena berarti muka saya tidak ada wibawanya sama sekali. Pergantian umur ditahun ini, meskipun tidak ada yang spesial tapi saya tetap harus melakukan refleksi.
Tulisan ini saya tujukan untuk meluruskan dan mengingat kembali akan tujuan hidup serta cita-cita yang ingin saya raih. Banyak peristiwa dalam beberapa tahun terakhir ini yang membuat saya mulai lebih bijak dan dewasa. Meski perubahan yang terjadi belum terlalu signifikan, tapi ada beberapa perubahan dari dalam diri saya yang mulai saya rasakan. Misalnya, sedikit demi sedikit saya mulai bisa mengontrol emosi dan lebih sabar ketika mengalami hal  yang kurang disukai, dan mulai bisa memandang sesuatu dari berbagai sudut pandang sehingga mulai bijak mengambil keputusan.

Selama 24 tahun menghuni bumi, berbagai kejadian kesuksesan dan kegagalan telah membuat saya menjadi lebih santai dalam menjalani kehidupan. Saya sering gagal tapi juga di beberapa hal saya berhasil. Saya telah sering gagal dan memang rasanya sangat menyedihkan. Tapi dari sanalah saya mampu belajar. Belajar untuk lebih baik lagi, belajar untuk lebih ikhlas, belajar untuk pantang menyerah, dan belajar untuk menghargai setiap proses kehidupan. Beberapa proses kegagalan dan kesuksesan yang pernah saya raih selama ini ternyata mampu membentuk saya menjadi seperti sekarang. Apa saja yang sudah saya lakukan di beberapa tahun ini ? 
  • Saya pernah sukses menjadi atlet panahan Indonesia dan mengikuti kejuaraan hingga ke luar negeri saat masih remaja.
  • Saya pernah merasa salah masuk jurusan kuliah (dan ini masih sering saya rasakan sampai saat ini). Tapi semakin lama saya mendalami ilmu yang saya kerjakan, disitulah saya mulai memahami dan menyukainya.
  • Saya gagal lolos seleksi PPL Luar negeri dan digantikan magang mengajar di Singapura selama 3 bulan. Ini terjadi saat saya masih kuliah di semester 7.
  • Saya gagal mendapatkan beasiswa LPDP. Sejak tahun 2016 saya telah mempersiapkan berbagai syarat untuk mendaftar beasiswa ini. Tapi sayang sekali saya belum berhasil lolos.  Setelah saya tanyakan ke pihak LPDP, ternyata karena piagam-piagam yang saya lampirkan tidak sesuai dengan ketentuan dari LPDP untuk mendaftar di jalur beasiswa Afirmasi prestasi. Padahal kalau saja saya mendaftar di jalur reguler persyaratan sudah terpenuhi. Sedih rasanya, karena sudah lebih dari satu tahun saya mempersiapkan semuanya dan gagal karena hal sepele.
  • Saya berhasil mendapatkan skor IELTS 6.5. Ini merupakan syarat untuk mendaftar universitas dan beasiswa ke luar negeri. Selama lebih dari satu tahun saya belajar dengan intens bersama dengan teman-teman yang juga memiliki satu tujuan. Sangat melelahkan, tapi akhirnya saya mendapatkan score minimal untuk mendaftar perguruan tinggi.
  • Saya berhasil menantang diri saya untuk mendaftar beasiswa Chevening. Meskipun diragukan sekali apa bisa lolos, saya tetap nekat mendaftar karena kita tidak akan tahu hasilnya kalau tidak pernah mencoba.
  • Saya berhasil merintis sekolah panahan di UNY bersama teman-teman mahasiswa UKM Panahan UNY.
  • Saya mulai membina atlet-atlet muda panahan Klaten sehingga mereka dapat menjuarai perlombaan.
  • Saya berhasil menahan diri untuk tidak pacaran sampai saat ini. Meskipun saya sempat juga menjalin pertemanan yang lebih dari teman (?). Lalu akhirnya ? entahlah saya kurang ahli dalam hal beginian. Haha.
Lalu, apa rencana saya kedepan setelah memasuki usia 24 tahun ini ?
  • Mendaftar sebanyak mungkin beasiswa agar bisa melanjutkan kuliah S2. Saya menyesal karena kemarin hanya terfokus pada satu beasiswa sehingga saat saya dinyatakan gagal, saya merasa galau berat. Haha.
  • Mencoba bertahan untuk berada di tempat kerja yang baru. Saya menyadari, setiap tempat kerja pasti memiliki kekurangannya sendiri-sendiri. Pintar-pintarnya kita untuk melihat sisi positif dari sebuah lingkungan kerja.
  • Semakin sering berbicara dan menghabiskan waktu dengan orang tua. Sejak SMP, saya memang sudah terpisah dengan orang tua karena hidup di lingkungan asrama atlet panahan. Sejak itu pulalah, saya merasakan jurang yang sangat jauh. Saya tidak mengenal mereka dengan baik, begitu pula orang tua saya sering kebingungan dengan sikap saya yang memang cenderung dingin. Mulai dewasa, saya menyadari bahwa umur mereka semakin bertambah. Tidak ada salahnya meluangkan waktu lebih banyak bersama orang tua daripada berkeliaran dengan teman-teman.
  • Mengunjungi tempat-tempat baru. Saya selalu membayangkan suatu saat saya ini akan bekerja berkeliling Indonesia atau dunia. Saya ingin sekali suatu saat  mengunjungi tempat-tempat yang bukan termasuk dalam daftar destinasi wisata seperti Zimbabwe di Afrika, Kamboja, India, dan Bhutan.
  • Mencoba untuk melakukan perjalan kedalam dan keluar secara seimbang. Saya pernah mendengar bahwa manusia yang bijak adalah yang mampu menyeimbangkan perjalanan kedalam diri dan perjalanan keluar. Maksudnya adalah dia selalu merenung memikirkan apa yang terjadi dengan dirinya sembari aktif di dunia luar dengan berbagai kegiatan sosial. Selama ini saya masih terlalu sibuk melakukan perjalanan kedalam sampai kepala rasanya pening karena kebanyakan melamun. Hahaha.
  • Bagaimana dengan menikah ? haha. Jangan ditanya. Saya pernah memiliki cita-cita menikah di umur 30 an. Umur 20 an akan saya habiskan untuk menuntut ilmu dan berkelana. Tapi semakin kesini sepertinya saya akan merevisi cita-cita tersebut. Setelah saya pikir kembali, akan sangat merepotkan jika menggendong anak kecil di usia 30an. Lagi pula saya memiliki pinggang yang mudah sakit pasti akan sangat melelahkan. Haha. Untuk saat ini saya tidak terlalu ambil pusing dengan pernikahan. Saya akan lebih fokus untuk memperbaiki diri dan meluruskan niat. Ibadah seumur hidup ini harus diawali dengan niat yang baik disertai ilmu-ilmu agar tidak salah langkah dan sengsara di kemudian hari.
  • Menjadi lebih perhatian dengan orang lain. Saya percaya bahwa memberikan sedikit perhatian kepada orang di sekitar akan memberikan energi positif bagi mereka dan saya sendiri. Walau hanya berupa senyuman, menanyakan kabar, atau ucapan selamat.

Rencana-rencana ini mungkin akan berubah seiring berjalannya waktu. Tapi, dengan menuliskan rencana, paling tidak saya memiliki panduan bagaimana saya harus melangkah setiap harinya.
Lalu, yang paling menakjubkan dari menjadi 24 tahun adalah perasaan jatuh cinta dan patah pada saat yang bersamaan. Atau perasaan rindu yang membuat sesak. #halah. Perasaan yang mungkin dialami oleh remaja tapi kenyataannya baru saya rasakan beberapa bulan ini. Saya menganggap ini adalah sebuah kemajuan. Dengan munculnya perasaan ini, saya jadi mampu menghormati dan menghargai perasaan orang lain terhadap saya. Saya tidak akan memaksakan perasaan orang lain terhadap saya begitu pula saya juga tidak bisa memaksakan perasaan saya kepada orang lain. Biarlah semuanya berjalan dengan apa adanya sesuai ketetapan Allah. Bagi saya, menjadi dewasa berarti mampu untuk mengganti perasaan yang menggebu-gebu menajadi doa yang diucapkan dalam senyap.

Selamat menjadi dua puluh empat. Semoga Allah membimbing langkah dan pilihan saya. Amin.


Rumah, 21 November 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar