Jumat, 28 Oktober 2016

Remaja tanggung dan Guru yang baru Dewasa

Sudah lebih dari 6 bulan ini saya bekerja di salah satu sekolah swasta di Yogyakarta. Sebagai guru Pendidikan Jasmani atau guru Olahrga bahasa kerennya.
Jujur, sejak kecil saya tidak pernah bercita-cita untuk menjadi guru. Kenapa ? Karena bagi saya guru itu haruslah orang yang sangat pintar dan tahu akan segalanya. Sedangkan saya ? mendekati pintar saja tidak. haha.
Selain itu, saya juga ngeri karena harus selalu berbicara di depan puluhan manusia. Sebagai manusia introvert sejati, berbicara didepan umum adalah ancaman mematikan yang siap membuat jantung saya seakan mau copot.
Namun, ternyata nasib telah membawa saya kesini. Menjadi guru dan setiap hari harus berkutat dengan ratusan remaja tanggung yang baru mengenal cinta. eaa. Memang awalnya berat, tapi ternyata setelah berjalannnya waktu saya bisa juga menjalaninya. Meskipun banyak juga hal-hal yang harus saya perbaiki. Seperti misalnya memahami karakter dan kepribadian remaja, menahan emosi, dan menjadi penyayang. Sungguh, ini bukan karakter saya banget. haha. Beruntung, saya masih jadi guru olahraga, jadi kalau sedikit galak, jutek, dan meyebalkan bisa dimaklumi. Gitu maksudnya.



Saat pertama kali mengajar anak-anak SMP, saya sangat tidak tahan karena geli dengan kelakuan-kelakuan yang terkadang tidak masuk akal. Mereka itu memiliki tubuh dewasa namun akal dan jiwa masih seperti bocah. Sering sekali saya marah-marah nggak jelas karena tidak memahami kelakukan mereka yang super aneh.
Lalu saya teringat dulu ketika saya masih remaja. Saya ingat betapa saya dulu juga begitu menyebalkan dan berkelakukan nggak banget. Lambat laun saya pun menyadari memang masa remaja adalah masa-masa dalam kehidupan yang paling menderita. Para remaja mengalami banyak perubahan dalam diri terutama fisik. Saya dulu sempat stres juga karena mengalami perubahan-perubahan tersebut. Tiba-tiba banyak anggota tubuh yang menonjol. haha.
Ditambah dengan beban yang diberikan kepada kita memiliki kadar kesulitan yang setara dengan orang dewasa. Maka wajar jika banyak remaja yang mukanya menyebalkan (ini analisis sok tau). Mereka menaggung derita yang kita orang dewasa ini terkadang lupa bagaimana rasanya. haha.

Kalau sekarang sih, saya mulai sedikit demi sedikit memahami mereka. Saya lumayan bisa menahan emosi dan beradaptasi dengan perilaku abnormal diluar jangkauan akal sehat saya. Diibaratkan ulat, masa remaja adalah masa ketika ulat sedang menjadi kepompong. Tidak menarik sama sekali. Namun ada banyak perubahan dari dalam yang sedang terjadi. Di saat yang tepat, ulat tersebut akan menjadi kupu-kupu yang indah. Dan saya tidak ingin menjadi salah satu orang yang menghancurkan kepompong tersebut. Saya akan mengawasi dari luar dan menjaga agar remaja-remaja itu suatu saat berubah menjadi orang dewasa yang cantik.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar