Yang pasti bukan proposal nikah. Titik. haha
Di fakultas saya, memasuki semester 7 adalah masa-masa yang menjengkelkan. Ketika sebagian besar isi kampus adalah maba-maba berkepala gundul, kemana-mana selalu bergerombol, Berpakaian sporty dan muka-muka dekil berkeringat bekas kuliah praktik ber hahahihi di gazebo-gazebo kampus tanpa beban. Ha ! Mereka nggak tahu apa kami mahasiswa semester 7 kebanyakan sedang berusaha sekuat tenaga untuk merobohkan dinding tebal. Yaitu kajur Pendidikan Olahraga. Ditangannya lah, masa depan kami terletak. Ditangannyalah, proposal tugas maha merepotkan bernama skripsi di terima atau ditolak.
Saat ini, mungkin lagi gencar-gencarnya kami satu kelas membahas proposal ini. Dimanapun dan kapanpun topik utama perbincangan pasti proposal ini. Sedikit melenceng dari proposal, langsung balik lagi. Proposal..proposal skripsi everywhere... Di kantin, di gazebo, dikelas, di jalan-jalan kampus, di lapangan futsal, di kolam renang, dimanapun.
Karena saya merupakan mahasiswi kekinian, saya ikut-ikutan meributkan tugas maha merepotkan ini. Setelah melalui diskusi yang panjang dengan beberapa teman dan sedikit tanya-tanya kepada dosen, akhirnya hari Jumat kemarin saya memberanikan diri mengajukan proposal skripsi. Menunggu giliran di depan ruangan beliau jantung rasanya mau copot. Saat giliran saya tiba, beliau ternyata buru-buru mau ada rapat. Beliau hanya melihat sekilas proposal yang saya ajukan kemudian berkomentar "Sport Education itu apa, sama penjas luas mana? udahlah saya nggak suka sama model ini."
"eh, pak tapi kan ini bla..bla..bla..bla " saya menjelaskan sampai berbusa-busa tapi jawaban beliau hanya "udah lah mbak lainnya aja saya itu nggak suka model yang ini"
Akhirnya proposal saya ditolak dengan alasan bapaknya nggak suka. Simpel sekali. Nggak suka, ditolak.
Saya langsung curhat ke salah satu dosen. Beliau kemudian memberikan beberapa ide untuk penelitian. Keesokan harinya dengan semangat 45, saya mulai mengerjakan proposal kedua. Proposal kedua kali ini mengenai komptensi guru. Saya membaca, menulis, membaca, dan menulis kembali sampai akhirnya hari minggu proposal itu selesai.Siap untuk diajukan kembali hari senin.
Tibalah hari senin, sekitar pukul 13.30 saya mengendarai motor ke Dekanat. Tempat eksekusi. Sesampainya di ruangan, ternyata beliau tidak ada. Kemudian saya menunggu sebentar di ruang tungggu. Beberapa menit kemudian, beliau berjalan ke arah ruangannya dengan santai sekali. Pak, tahu tidak ada banyak mahasiswa yang sedang menunggu anda dengan cemas -_-.
Tiba giliran saya.
"Selamat sore pak"
tak ada jawaban
kemudian saya mengulurkan tangan untuk bersalaman
"Ada apa mbak?"
"Ini pak mau mengajukan proposal" sambil mengulurkan tumpukan kertas.
"Kamu suka tempe kripik ya, kok tipis begini"
"mmm.. iya pak"
Beliau kemudian membaca judulnya kemudian berkomentar bla..bla..bla..bla..bla yang pada intinya menolak %$%^#%^#% !
Ditolak untuk kedua kalinya. Kemudian saya berjalan gontai keluar dari ruangan berusaha sok tegar. Padahal di dalam hati rasanya remuk redam.
Kemudian saya teringat kata-kata dari sebuah buku "terbentur,terbentur,terbentur, terbentur, terbentur, terbentuk." Perlu banyak sekali kegagalan agar kamu bisa belajar. Saya paham saya tidak terlalu pandai di bidang akademik. Banyak sekali hal yang tidak saya pehami maka dari itu saya harus banyak membaca dan belajar. Mungkin kamu perlu menenangkan diri sebentar dan mulai kembali dari awal. Tak usah tergesa-gesa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar