Sumber: Google.com |
Merupakan sebuah kehormatan berada bisa berada
disini. Di tengah-tengah suasana akademisi. Ikut andil menjadi salah satu
pengajar. Walaupun hanya sebagai guru bantu sih. Tepatnya, satu bulan yang
lalu, saya di telepon oleh guru penjas yang mengajar di sini. Beliau
membutuhkan saya untuk menggantikannya mengajar karena penyakit Gloukoma nya
semakin parah. Setelah perbincangan hari itu, saya akhirnya mengajar disini
selama 2 hari dalam satu minggu. Hari senin dan Sabtu, karena hari-hari lain
saya masih ada jadwal kuliah di pagi harinya. Sedangkan hari-hari lain di
pegang oleh 2 orang guru bantu lainnya. Kami bertiga semacam penjaga warnet
bergantian shift ngajar dalam satu minggu itu.
Banyak sekali sebenarnya yang bisa saya ceritakan
dari mulai pertama kalinya mengajar disini semasa jadi mahasiswa PPL *saya lupa
singkatan dari apa ini* semacam magang seperti itu lah, sampai sekarang jadi
guru bantu. Tapi karena lagi-lagi kemalasan dan beribu alasan; capeklah,
besok-besok ajalah, sok sibuk lah akhirnya tak ada satupun tulisan yang bisa
saya kerjakan.
Hari ini, dengan berniat lebih kuat dari
biasanya, karena hari-hari biasanya walaupun sudah niat tapi tak pernah
kesampaian akhirnya saya membuka laptop dan mulai mengetik.Saya memiliki rencana akan menuliskan kegiatan
belajar mengajar yang saya lakukan di sini. Semacam catatan harian seorang
guru. Eh, tapi saya kan masih mahasiswa tingkat akhir, jadi mungkin bisa
diganti dengan Catatan Harian Seorang Mahasiswa Akhir Calon Guru Penjas. Bisa
disingkat dengan CHSMACGP. Saya terinspirasi dari KKN (Kuliah Kerja Nyata)
beberapa bulan lalu. Di KKN kami para mahasiswa harus membuat catatan harian
kegiatan yang nantinya dilampirkan dalam laporan KKN. Nah, dari situlah saya
mulai kembali ingin menulis lagi dari kevakuman selama beberapa tahun
belakangan ini.
Langsung saja, saya mengajar di salah satu SMA
negeri di Piyungan. SMA N 1 Piyungan lebih tepatnya. Piyungan merupakan salah
satu kecamatan di Kabupaten Bantul Yogyakarta. Kalau tidak salah seperti itu.
Pokoknya masih dalam lingkup DIY. Dulu ketika saya mendapatkan sekolah ini
untuk tempat praktik PPL saya sempat diejek teman-teman karena letaknya yang
jauh dari lingkungan kampus. Dengan entengnya, saya menjawab “iya, aku lagi
latihan jadi pengajar SM3T” red. Sarjana Mengajar daerah Terdepan, Terluar,
Tertinggal (kalau nggak salah). Sampai sekarang saya masih menjuluki sekolah
ini sekolah SM3T. hehe
Tadi pagi, jadwal saya mengajar di kelas XII IPA
3. Seperti kebanyakan karakteristik kelas IPA, mereka lebih bisa diajak untuk
tertib daripada kelas IPS. Bukannya membandingkan, tapi memang kelas IPA dan
IPS memiliki keunggulannya masing-masing. Setelah mengalami berpuluh kali
mengajar sekarang saya mampu menghafalkan karakteristik tiap kelas yang saya
masuki.
Tak banyak persiapan yang saya butuhkan untu
mengajar hari ini karena materi yang dipakai masih sama seperti kelas XII IPS 2
sabtu kemarin. Setelah bel berbunyi, sebagian besar anak-anak sudah siap
dilapangan. Aku terharu, karena biasanya kelas-kelas lain masih banyak yang
keluyuran tak tau entah kemana. Bahkan saya pernah harus menyambangi kantin,
kelas, dan toilet agar mereka segera kumpul ke lapangan -_-. Perasaan dulu
ketika saya masih jadi murid tak pernah separah ini sampai guru harus
mencari-cari muridnya.
Pelajaran, dimulai dengan berbaris, berhitung,
kemudian berdoa dan saya menjelaskan materi yang akan kita lakukan hari itu.
Sebenarnya, saya sudah merencanakan pemanasan dengan permainan bola keranjang,
tapi karena saya lupa mengambil peralatan jadi mereka saya suruh untuk jogging
keliling lapangan dulu. (Haha enak banget jadi guru penjas tinggal
nyuruh-nyuruh lari). Selagi mereka jogging, saya mengambil peralatan yang akan
digunakan untuk pembelajaran. Karena materi hari ini modifikasi permainan
softball, maka saya memakai bola tenis, 4 buah Cone(corong), 5 buah keranjang,
1 keranjang bola plastik kecil, dan kayu sebagai pemukul. Udah bener-bener
kayak di daerah 3T beneran, pemukul nya alih-alih pakai bat dari alumunium tapi
ini pakai sebilah kayu yang sebesar tangan yang sudah dibersihkan kulitnya.
Nah, mungkin ini adalah potret pembelajaran
penjas sebagian besar sekolah saat ini. Banyak yang masih melakukan
pembelajaran secara konvensional. Pemanasan hanya jogging kemudian dilanjutkan
dengan penguluran. Alangkah lebih baik lagi jika pemansan dilakukan dengan
berbagai macam permainan, selain meningkatkan suhu tubuh, ketika bermain otak
juga terpacu untuk berpikir. Seperti itu sih alasan saya kenapa sering sekali
melakukan pemanasan dengan berbagai macam permainan. Setiap pertemuan selalu
saya ganti model permainan yang dilakukan. Mungkin mereka jarang melakukan
pemanasan dengan berbagai macam permainan, karena ketika saya berjalan sambil
membawa alat-alat itu mereka terheran-heran.
“Mbak ini mau ngapain?”
“Mbak kok pake bola kecil-kecil itu, memangnya
kita anak TK?”
Dan masih banyak komentar-komentar lainnya.
Memang perlu kesabaran tingkat dewa untuk menghadapi mereka.
Permainan pemanasan kali ini cukup sederhana.
Mereka hanya perlu memindahkan bola plastic ke dalam keranjang yang kosong,
setelah semua bola terpindah, keranjang yang telah terisi bola kemudian
dipindah ke tempat yang sudah saya tentukan. Karena kondisi lapangan yang
kering dan mereka semangat sekali berlari-larian, maka banyak sekali debu
beterbangan. Ada rasa bahagia ketika mereka bergerak dengan ceria dan lincah :p
. halah.
Nah, masuk ke pelajaran inti, yaitu permainan
monifikasi softball. Saya menjelaskan dengan singkat, cepat dan mungkin kurang
jelas. Haha. Kelemahan saya, masih belum bisa bicara dengan kecepatan yang
rendah. Pernah suatu saat ketika saya menjelaskan di depan kelas tiba-tiba ada
yang mengacungkan jari kemudian protes kalau bicara saya terlalu cepat.
Peraturan permainan nya cukup sederhana, seperti
kalau main kasti. Tapi cara mematikan pemukul harus dengan memasukkan bola ke
dalam keranjang yang berada di home base
(tempat untuk memukul). Permainan berlangsung seru sekali. Mereka saling berteriak
untuk memberikan semangat kepada siswa yang memukul. Ditengah-tengah permaina
ketika selisih poin semakin tipis, ketegangan-ketegangan mulai terjadi. Ada
beberapa siswa yang melakukan kecurangan seperti mendorong pemukul yang sedang
berlari, menggoda siswa yang akan memukul, sampai menghalang-halangi pelari
agar lama untuk sampai ke titik hinggap. Hal yang wajar, mungkin kita juga
pernah melakukan kecurangan-kecurangan kecil ketika dulu bermain. Lucu-lucu sekali kelakuan mereka. Beginilah
serunya jad guru penjas, pelajarannya di luar kelas, bikin banyak permainan, dan
kerjaannya mentertawakan siswa-siswa haha.
Ketika selisih poin semakin ketat, saya melihat
jam dan ternyata sisa pelajaran tinggal 15 menit lagi. Terpaksa saya meniup
peluit tanda permainan berakhir. Sontak tim yang kalah langsung meneriakkan
huuuuu secara serempak karena mereka masih ingin membalas kekalahan.
Protes-protes muncul dari mulut-mulut mereka tanda kekecewaan karena permainan
di hentikan. Seketika mereka langsung meninggalkan saya yang berdiri di samping
lapangan sambil cengar-cengir. Saya suruh untuk kumpul sebentar tak mereka
hiraukan, teriakan dan suara peluit saya juga tak mereka dengarkan. Mereka
tetap terus saja berjalan ke dalam kelas. Saya hanya bisa menghela nafas sambil
terbengong-bengong. Susah sekali jadi guru yang baik dan sabar. Setiap hari ada
saja kejutan-kejutan yang harus dihadapi. Akhirnya, sayalah yang harus berjalan
kedalam kelas untuk memberikan evaluasi dan penutupan.
Baru sadar, jadi guru memang susahnya bukan main.
Hargailah guru-guru dan dosenmu. Kalian tak akan pernah tahu rasanya jadi
pendidik sebelum mengalaminya sendiri. Ada banyak beban moral yang harus ditanggung.
Mendidik. :D
Pemanasan pertama
Pemanasan dengan permainan bola keranjang or whatever the name
Sama, pemanasan juga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar