Selasa, 04 November 2014

CHSCGP :D #1


Sumber: Google.com

Merupakan sebuah kehormatan berada bisa berada disini. Di tengah-tengah suasana akademisi. Ikut andil menjadi salah satu pengajar. Walaupun hanya sebagai guru bantu sih. Tepatnya, satu bulan yang lalu, saya di telepon oleh guru penjas yang mengajar di sini. Beliau membutuhkan saya untuk menggantikannya mengajar karena penyakit Gloukoma nya semakin parah. Setelah perbincangan hari itu, saya akhirnya mengajar disini selama 2 hari dalam satu minggu. Hari senin dan Sabtu, karena hari-hari lain saya masih ada jadwal kuliah di pagi harinya. Sedangkan hari-hari lain di pegang oleh 2 orang guru bantu lainnya. Kami bertiga semacam penjaga warnet bergantian shift ngajar dalam satu minggu itu.


Banyak sekali sebenarnya yang bisa saya ceritakan dari mulai pertama kalinya mengajar disini semasa jadi mahasiswa PPL *saya lupa singkatan dari apa ini* semacam magang seperti itu lah, sampai sekarang jadi guru bantu. Tapi karena lagi-lagi kemalasan dan beribu alasan; capeklah, besok-besok ajalah, sok sibuk lah akhirnya tak ada satupun tulisan yang bisa saya kerjakan.

Hari ini, dengan berniat lebih kuat dari biasanya, karena hari-hari biasanya walaupun sudah niat tapi tak pernah kesampaian akhirnya saya membuka laptop dan mulai mengetik.Saya memiliki rencana akan menuliskan kegiatan belajar mengajar yang saya lakukan di sini. Semacam catatan harian seorang guru. Eh, tapi saya kan masih mahasiswa tingkat akhir, jadi mungkin bisa diganti dengan Catatan Harian Seorang Mahasiswa Akhir Calon Guru Penjas. Bisa disingkat dengan CHSMACGP. Saya terinspirasi dari KKN (Kuliah Kerja Nyata) beberapa bulan lalu. Di KKN kami para mahasiswa harus membuat catatan harian kegiatan yang nantinya dilampirkan dalam laporan KKN. Nah, dari situlah saya mulai kembali ingin menulis lagi dari kevakuman selama beberapa tahun belakangan ini.

Langsung saja, saya mengajar di salah satu SMA negeri di Piyungan. SMA N 1 Piyungan lebih tepatnya. Piyungan merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Bantul Yogyakarta. Kalau tidak salah seperti itu. Pokoknya masih dalam lingkup DIY. Dulu ketika saya mendapatkan sekolah ini untuk tempat praktik PPL saya sempat diejek teman-teman karena letaknya yang jauh dari lingkungan kampus. Dengan entengnya, saya menjawab “iya, aku lagi latihan jadi pengajar SM3T” red. Sarjana Mengajar daerah Terdepan, Terluar, Tertinggal (kalau nggak salah). Sampai sekarang saya masih menjuluki sekolah ini sekolah SM3T. hehe

Tadi pagi, jadwal saya mengajar di kelas XII IPA 3. Seperti kebanyakan karakteristik kelas IPA, mereka lebih bisa diajak untuk tertib daripada kelas IPS. Bukannya membandingkan, tapi memang kelas IPA dan IPS memiliki keunggulannya masing-masing. Setelah mengalami berpuluh kali mengajar sekarang saya mampu menghafalkan karakteristik tiap kelas yang saya masuki.

Tak banyak persiapan yang saya butuhkan untu mengajar hari ini karena materi yang dipakai masih sama seperti kelas XII IPS 2 sabtu kemarin. Setelah bel berbunyi, sebagian besar anak-anak sudah siap dilapangan. Aku terharu, karena biasanya kelas-kelas lain masih banyak yang keluyuran tak tau entah kemana. Bahkan saya pernah harus menyambangi kantin, kelas, dan toilet agar mereka segera kumpul ke lapangan -_-. Perasaan dulu ketika saya masih jadi murid tak pernah separah ini sampai guru harus mencari-cari muridnya.

Pelajaran, dimulai dengan berbaris, berhitung, kemudian berdoa dan saya menjelaskan materi yang akan kita lakukan hari itu. Sebenarnya, saya sudah merencanakan pemanasan dengan permainan bola keranjang, tapi karena saya lupa mengambil peralatan jadi mereka saya suruh untuk jogging keliling lapangan dulu. (Haha enak banget jadi guru penjas tinggal nyuruh-nyuruh lari). Selagi mereka jogging, saya mengambil peralatan yang akan digunakan untuk pembelajaran. Karena materi hari ini modifikasi permainan softball, maka saya memakai bola tenis, 4 buah Cone(corong), 5 buah keranjang, 1 keranjang bola plastik kecil, dan kayu sebagai pemukul. Udah bener-bener kayak di daerah 3T beneran, pemukul nya alih-alih pakai bat dari alumunium tapi ini pakai sebilah kayu yang sebesar tangan yang sudah dibersihkan kulitnya.

Nah, mungkin ini adalah potret pembelajaran penjas sebagian besar sekolah saat ini. Banyak yang masih melakukan pembelajaran secara konvensional. Pemanasan hanya jogging kemudian dilanjutkan dengan penguluran. Alangkah lebih baik lagi jika pemansan dilakukan dengan berbagai macam permainan, selain meningkatkan suhu tubuh, ketika bermain otak juga terpacu untuk berpikir. Seperti itu sih alasan saya kenapa sering sekali melakukan pemanasan dengan berbagai macam permainan. Setiap pertemuan selalu saya ganti model permainan yang dilakukan. Mungkin mereka jarang melakukan pemanasan dengan berbagai macam permainan, karena ketika saya berjalan sambil membawa alat-alat itu mereka terheran-heran.
“Mbak ini mau ngapain?”
“Mbak kok pake bola kecil-kecil itu, memangnya kita anak TK?”
Dan masih banyak komentar-komentar lainnya. Memang perlu kesabaran tingkat dewa untuk menghadapi mereka.
Permainan pemanasan kali ini cukup sederhana. Mereka hanya perlu memindahkan bola plastic ke dalam keranjang yang kosong, setelah semua bola terpindah, keranjang yang telah terisi bola kemudian dipindah ke tempat yang sudah saya tentukan. Karena kondisi lapangan yang kering dan mereka semangat sekali berlari-larian, maka banyak sekali debu beterbangan. Ada rasa bahagia ketika mereka bergerak dengan ceria dan lincah :p . halah.
Nah, masuk ke pelajaran inti, yaitu permainan monifikasi softball. Saya menjelaskan dengan singkat, cepat dan mungkin kurang jelas. Haha. Kelemahan saya, masih belum bisa bicara dengan kecepatan yang rendah. Pernah suatu saat ketika saya menjelaskan di depan kelas tiba-tiba ada yang mengacungkan jari kemudian protes kalau bicara saya terlalu cepat.
Peraturan permainan nya cukup sederhana, seperti kalau main kasti. Tapi cara mematikan pemukul harus dengan memasukkan bola ke dalam keranjang yang berada di home base (tempat untuk memukul). Permainan berlangsung seru sekali. Mereka saling berteriak untuk memberikan semangat kepada siswa yang memukul. Ditengah-tengah permaina ketika selisih poin semakin tipis, ketegangan-ketegangan mulai terjadi. Ada beberapa siswa yang melakukan kecurangan seperti mendorong pemukul yang sedang berlari, menggoda siswa yang akan memukul, sampai menghalang-halangi pelari agar lama untuk sampai ke titik hinggap. Hal yang wajar, mungkin kita juga pernah melakukan kecurangan-kecurangan kecil ketika dulu bermain.  Lucu-lucu sekali kelakuan mereka. Beginilah serunya jad guru penjas, pelajarannya di luar kelas, bikin banyak permainan, dan kerjaannya mentertawakan siswa-siswa haha.
Ketika selisih poin semakin ketat, saya melihat jam dan ternyata sisa pelajaran tinggal 15 menit lagi. Terpaksa saya meniup peluit tanda permainan berakhir. Sontak tim yang kalah langsung meneriakkan huuuuu secara serempak karena mereka masih ingin membalas kekalahan. Protes-protes muncul dari mulut-mulut mereka tanda kekecewaan karena permainan di hentikan. Seketika mereka langsung meninggalkan saya yang berdiri di samping lapangan sambil cengar-cengir. Saya suruh untuk kumpul sebentar tak mereka hiraukan, teriakan dan suara peluit saya juga tak mereka dengarkan. Mereka tetap terus saja berjalan ke dalam kelas. Saya hanya bisa menghela nafas sambil terbengong-bengong. Susah sekali jadi guru yang baik dan sabar. Setiap hari ada saja kejutan-kejutan yang harus dihadapi. Akhirnya, sayalah yang harus berjalan kedalam kelas untuk memberikan evaluasi dan penutupan.

Baru sadar, jadi guru memang susahnya bukan main. Hargailah guru-guru dan dosenmu. Kalian tak akan pernah tahu rasanya jadi pendidik sebelum mengalaminya sendiri. Ada banyak beban moral yang harus ditanggung. Mendidik. :D

Pemanasan pertama

Pemanasan dengan permainan bola keranjang or whatever the name

Sama, pemanasan juga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar